Pengertian
• Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara
aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang
serupa tidak terjadi penyakit
• Suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap
penyakit tertentu
Tujuan
• Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau
bahkan mneghilangkan penyakit tertentu dari dunia
• Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan
dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian
• Melindungi seseorang terhadap penyakit tertentu (intermediate
goal) Respon imun
• Respon imun primer ialah respon imun yang terjadi
pada pajanan pertama kalinya dengan antigen
• Respon imun sekunder ialah respon imun yang
diharapkan akan memberi respon adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa.
Diberikannya vaksinasi berulang beberapa kali adalah agar mendapat titer
antibodi yang cukup tinggi dan mencapai nilai protektif.
Jenis
kekebalan
Dilihat
dari cara timbulnya
• Kekebalan pasif Kekebalan yang diperoleh dari luar
tubuh , bukan dibuat dari individu itu sendiri. Kekebalan pasif alamiah,
kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu dan tidak berlangsung
lama(difteri,morbili, tetanus) Kekebalan pasif buatan, kekebalan yang diperoleh
setelah pemberian suntikan zat penolak (imunoglobulin).
• Kekebalan aktif Kekebalan yang dibuat oleh tubuh
sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan
secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya prosesnya lambat tapi dapat berlangsung
lama, akibat adanya memori imunologik. Kekebalan aktif terbagi menjadi dua
jenis, yaitu :
Kekebalan
aktif alamiah, kekebalan yang diperoleh setelah mengalami atau sembuh dari
suatu penyakit. Contoh : anak yang pernah menderita campak maka tidak akan
terserang campak lagi
Kekebalan
aktif buatan, kekebalan yang dibuat oleh tubuh setelah mendapat vaksin atau
imunisasi. Contoh : BCG, DPT, polio dll.
Status
imun penjamu
• Antibodi maternal spesifik terhadap virus campak pada
fetus
• ASI (IgA sekretori) terhadap virus polio
• Maturitas imunologik, pada neonatus fungsi makrofag
dan pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang
• Yang sedang mendapat imunosupresan
• Gizi buruk, dapat menurunkan fungsi sel sistem imun sehingga
imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik dan
respon terhadap vaksin berkurang
Faktor
genetik penjamu
Interaksi
antara sel-sel sistem imun, secara genetik respon imun manusia dibagi atas
responden baik, cukup dan rendah terhadap antigen tertentu, sehingga ditemukan
keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%. Kualitas dan kuantitas vaksin Vaksin
adalah mikroorganisme yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenisitasnya
hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenesitas
Faktor
kualitas dan kuantitas yang dapat menentukan kkeberhasilan vaksinasi
• Cara pemberian
• Dosis
• Frekuensi dan jarak pemberian
• Jenis vaksin
Jenis
vaksin
Live
Attenuated yaitu bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
Virus
: campak, gondongan, rubella, Polio sabin, demam kuning
Bakteri
: kuman TBC (BCG) dan demam tifoid oral
Inactivated
yaitu bakteri atau virus atau komponennya yang
dibuat
tidak aktif atau dimatikan
Virus
: influenza, Polio salk, rabies, hepatitis A
Bakteri
: pertusis (DPT), typoid, kolera
Racun
kuman seperti toksoid : dipteri toksoid (DPT), tetanus(TT)
Polisakarida
murni : pneumokokkus, meningokokus dan haemophylus influenza
Vaksin
yang dibuat dari protein : hepatitis B
Rantai
vaksin
Adalah
suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang
telah ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin
sampai pada saat pemberinanya pada sasaran
Sifat
vaksin
Vaksin
yang sensitif terhadap beku
Yaitu
golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar dengan suhu dingin atau suhu
pembekuan. Contoh : hepatitis B, DPT- HB, DPT, DT, dan TT
Vaksin
Pada suhu Dapat bertahan selama Hep B, DPT-HB -0,5 ᴼC Max ½ jam DPT, DT, TT -0,5ᴼC sd -10ᴼC Mak 1,5-2 jam DPT, DPT-HB, DT Beberapa ᴼC diatas suhu udara luar (ambient temperatur <34ᴼC) 14 hari Hep B dan TT Beberapa C diatas suhu udara
luar (ambient temperatur <34ᴼC) 30 hari
Vaksin
yang sensitif terhadap panas
Yaitu
golongan yang akan rusak bila terpapar dengan suhu panas yang berlebihan.
Contoh : polio, BCG dan campak
Vaksin
Pada suhu Dapat bertahan selama Polio Beberapa C diatas suhu udara luar
(ambient temperatur <34ᴼC) 14 hari Campak dan BCG Beberapa C diatas suhu udara
luar (ambient temperatur <34ᴼC) 30 hari Penanganan vaksin sisa
• Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan di
posyandu tidak boleh dipergunakan lagi
• Sedang pelayanan imunisasi statis (di puskesmas,
poliklinik), sisa vaksin dapat dipergunakan lagi dengan ketentuan sebagai
berikut :
o
Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa
o
Tetap disimpan dalam suhu +2ᴼC sd 8ᴼC
o
Kemasan vaksin tidak pernah tercampur/terendam dengan air
o
VVM tidak menunjukan indikasi paparan panas yang merusak
o
Pada label agar ditulis tanggal pada saat vial pertama kali dipakai/dibuka
o
Vaksin DPT, DT, TT, hepatitis B dan DPT-HB dapat digunakan kembali hingga 4
minggu sejak vial vaksin dibuka
o
Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial dibuka
o Vaksin
campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan tidak lebih
dari 8 jam sejak dilarutkan. Sedangkan vaksin BCG hanya boleh digunakan 3 jam
setelah dilarutkan
Tata
cara pemberian imunisasi
• Memberitahukan secara rinci tentang resiko vaksinasi
dan resiko apabila tidak divaksinasi
• Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan
bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan
• Baca tentang teliti informasi tentang produk (vaksin)
yang akan diberikan, jangan lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan
• Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya
sebelum melakukan imunisasi
• Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap
vaksin yang akan diberikan
• Periksa identitas penerima vaksin dan berikan
antipiretik bila diperlukan
• Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut
telah disimpan dengan baik
• Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak
tanda- tanda perubahan, periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal- hal istimewa,
misalnya perubahan warna menunjukan adanya kerusakan
• Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal
dan ditawarkan pula vaksin lain untuk imunisasi tertinggal bila diperlukan
• Berikan vaksin dengan teknik yang benar yaitu
mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan dan
posisi penerima vaksin
Setelah
pemberian vaksin
• Berilah petunjuk kepada orang tua atau pengasuh apa
yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang
lebih berat
• Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan
klinis
• Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan
tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan bila diperlukan
• Dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar,
pengaturan secara rinci bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti diatas dan
berpegang pada prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan yang valid dan
pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan
Pengenceran
Vaksin
kering yang beku harus diencerkan dengan cairan
pelarut
khusus dan digunakan dalam periode tertentu
Pemberian
vaksin pada bayi
Vaksin
BCG BCG, DPT-Hep B, Hep B
Tempat
suntikan Lengan kanan atas luar Paha tengah luar
Cara
penyuntikan Intracutan Intramuscular/subcutan dalam
Dosis
0,05 cc 0,5 ml
Ukuran
jarum 10 mm, ukuran 26 25 mm, ukuran 23
jenis
Bubuk+pelarut Siap pakai
Vaksin
Campak Polio
Tempat
suntikan Lengan kiri atas Mulut
Cara
penyuntikan Subcutan Diteteskan di mulut
Dosis
0,5 ml 2 tetes
Ukuran
jarum 25 mm, ukuran 23
Jenis
Siap pakai Botol dengan alat tetes mulut
Teknik
dasar dan petunjuk keamanan pemberian vaksin
• Bagian tengah tutup botol metal dibuka sehingga
kelihatan
karet
(tutup karet di desinfeksi)
• Tiap suntikan harus digunakan semprit dan jarum baru
sekali
pakai dan steril
• Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin yang multidosis
• Kulit yang akan disuntik dibersihkan
• Semprit dan jarum harus dibuang dalam tempat tertutup
dan
diberi label tidak mudah robek dan bocor
• Tempat pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan
dari
jangkauan anak-anak
JADWAL
IMUNISASI WAJIB (PPI)
VAKSIN
PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI (PPI)
• Vaksin BCG
• Vaksin Hepatitis B
• Vaksin Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT)
• Vaksin Polio
• Vaksin Campak
VAKSIN
BCG (Bacille Calmette Guerin)
• BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dari
mycobacterium
bovis
yang dibiakkan secara berulang selama 13 tahun (basil
tidak
virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas)
• Indikasi yaitu untuk pemberian kekebalan aktif
terhadap
penyakit
tuberculosis (TBC) dimana vaksin BCG tidak
mencegah
infeksi TBC tetapi mengurangi resiko TBC berat
seperti
meningitis, TBC tulang
• Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan
• Cara pemberian dan dosis vaksin
Yaitu
vaksin dilarutkan dulu dengan 4 cc pelarut, vaksin yang
dilarutkan
harus dibuang dalam 3 jam, dosis pada bayi < 1
tahun
0,05 ml sedangkan pada anak > 1 tahun 0,10 ml.
Vaksin
ini disuntikan secara intracutan pada daerah lengan
kanan
atas (insertio musculus deltoideus)
• Penyimpanan vaksin
Vaksin
disimpan pada suhu 2-8ᴼC,
tidak boleh beku dan
tidak
boleh terkena sinar matahari
• Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum
lewat
dari 3 jam
Jadwal
pemberian
• Diberikan pada bayi 0-12 bulan tapi sebaiknya
diberikan
pada
umur ≤2 bulan
• Apabila diberikan >3 bulan harus terlebih dahulu
dilakukan uji
tuberkulin
(mantoux)
• Vaksinasi ulang, yaitu 5-7 tahun dan 12-15 tahun
(jika uji
tuberkulin
negatif)
• Khasiat BCG selama 3 tahun dan lama kekebalan selama
9
tahun
Efek
samping
• Tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum
• Pada tempat penyuntikan terjadi ulkus lokal yang
timbul
2-3
minggu setelah penyuntikan dan meninggalkan luka parut
dengan
diameter 4-8 mm
• Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di
axila
(ketiak) atau leher. Tergantung pada umur dan dosis
yang
dipakai, biasanya akan sembuh sendiri
Indikasi
kontra
• Reaksi uji tuberkulin > 5 mm
• Sedang menderita HIV atau resiko tinggi infeksi HIV,
imunokompromais
akibat pengobatan kortikosteroid (leukimia),
mendapat
pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang
mengenai
sumsum tulang atau sistem limfe
• Anak menderita gizi buruk
• Menderita demam tinggi
• Menderita infeksi kulit yang luas
• Pernah/masih menderita TBC
• Kehamilan
Proteksi
• Mulai 8-12 minggu pasca vaksinasi
• Daya lindung hanya 42% (WHO 50-78%)
• Mencegah TB berat 60-80%
VAKSIN
HEPATITIS B
• Untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit
hepatitis
B
• Rekombinan DNA sel ragi tidak infeksius
• Pencegahan dapat diberikan dengan imunisasi pasif
ataupun
imunisasi aktif
Imunisasi
pasif
• Dilakukan dengan pemberian imunoglobulin
IG/ISG
(Immune Serum Globulin)
HBIG
(Hepatitis B Immune Globulin)
• Diberikan baik sebelum terjadinya paparan
(preexposure)
maupun
setelah terjadinya paparan (postexposure)
• Indikasi utama pemberian imunisasi pasif
o
Paparan dengan darah yang mengandung HbsAg, baik melalui
kulit
maupun mukosa
o
Paparan seksual dengan pengidap HbsAg (+)
o
Paparan perinatal ibu dengan HbsAg (+)
Pemberian
vaksin
• Pada kecelakaan jarum suntik
Dosis
: 0,06 ml/kg maks 5 ml harus diberikan dalam waktu
24
jam, diulangi 1 bulan kemudian
• Paparan seksual
Dosis
tunggal 0,06 ml/kg, dosis maks 5 ml harus diberikan
dalam
jangka waktu 2 minggu
• Paparan perinatal
Dosis
: 0,5 ml harus diberikan sebelum 48 jam
Imunisasi
aktif
Dilakukan
dengan pemberian partikel HbsAg yang tidak
infeksius
Ada
3 jenis vaksin hepatitis B
• Vaksin yang berasal dari plasma
• Vaksin yang dibuat dengan teknik rekayasa genetika
• Vaksin polipeptida
Vaksin
yang beredar di Indonesia
• Hevac-B (dosis ; dewasa 5 ug, anak 2,5 ug, pada ibu
HbsAg
(+) dosis 2x lipat)
• Hepaccine (dosis : dewasa 2 ug, anak 1,5 ug)
• B-Hepavac II (dosis ; dewasa 10 ug, anak 5 ug)
• Hepa-B (dosis : dewasa 20 ug)
• Engerix-B (dosis : anak 10 ug)
• Penyuntikan dilakukan secara intramuscular, didaerah
deltoid
atau paha anterior (jangan dilakukan didaerah bokong)
• Efek samping yang terjadi umumnya ringan, seperti
nyeri,
bengkak,
panas, mual, nyeri sendi maupun otot
Jadwal
pemberian
• Imunisasi Hb diberikan sedini mungkin setelah lahir
• Pemberian imunisasi Hb harus berdasarkan status HbsAg
ibu
pada
saat melahirkan
Bayi
lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya
Vaksin
rekombinan (Hb Vax-II 5 ug at Engerix-B10ug) atau
vaksin
plasma derived 10 ug (dalam waktu 12 jam), dosis
kedua
pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan
Bayi
lahir dari ibu yang HbsAg nya (+)
Diberikan
0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan secara
bersamaan
di sisi tubuh yang berbeda dalam waktu 12 jam,
dosis
kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6
bulan
Bayi
lahir dari ibu yang HbsAg nya (-)
Diberikan
vaksin rekombinan atau vaksin plasma derived pada
umur
2-6 bulan, dosis kedua pada 1-2 bulan kemudian, dosis
ketiga
diberikan 6 bulan setelah imunisasi kesatu
• Idealnya dilakukan Px anti HbsAg (paling cepat 1
bulan)
• Imunisasi ulang Hb (pada umur 10-12 tahun)
Kejadian
ikutan pasca imunisasi
• Reaksi lokal kemerahan, nyeri, bengkak, demam ringan
2 hari
• Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri kepala, nyeri
otot,
nyeri
sendi
Indikasi
kontra
Sampai
saat ini belum dipastikan adanya kontra indikasi
absolut
terhadap pemberian imunisasi hb terkecuali pada ibu
hamil,
laergi pada komponen vaksin, demam tinggi.
VAKSIN
DPT
Tujuan
pemberian vaksin ini adalah untuk memberikan
kekebalan
aktif yang bersamaan terhadap penyakit Difteri,
Pertusis
dan Tetanus
Difteri
dan tetanus : toksoid yang dimurnikan
Pertusis
: bakteri mati, terabsorbsi dalam alumunium fosfat
Tiap
1 ml terdiri dari 40Lf toksoid difteria, 24 OU pertusis,
15
Lf toksoid tetanus, alumunium fosfat 3 mg, thimerosal
0,1
mg
Toksoid
Difteria
• Untuk imunisasi primer terhadap difteri digunakan toksoid
difteri
(alum precipitated formol toxoid) yang digabung
dengan
tetanus toxoid dan vaksin pertusis
• Imunisasi rutin pada anak, diberikan dengan 5 dosis
yaitu
pada
usia 2, 4, 6 bulan yang diberikan bersamaan dengan
polio.
Dosis ulangan pada 15-18 bulan dan saat masuk
sekolah
harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah
dosis
ketiga
• Kombinasi toxoid difteri dan tetanus (DT)
Vaksin
pertusis
• Untuk imunisasi yang dipakai adalah vaksin pertusis
whole-
cell
(alum precipitated vaccine) yaitu vaksin yang merupakan
suspensi
kuman B pertusis mati
• Umumnya diberikan kombinasi bersama toxoid difteri
dan
tetanus
Toksoid
tetanus
• Vaksin tetanus dikenal 2 macam vaksin yaitu :
Vaksin
yang digunakan untuk imunisasi aktif adalah toxoid
tetanus
yang telah dilemahkan
• Kemasan tunggal (TT)
• Kemasan dengan vaksin difteri (DT)
• Kemasan dengan vaksin difteri dan pertusis (DPT)
Kuman
yang telah dimatikan yang digunakan untuk imunisasi
pasif
(ATS)
Jadwal
pemberian
Upaya
depkes dan kesos melaksanakan program eliminasi
tetanus
neonatorum (ETN) DPT I, DT atau TT dilaksanakan
berdasarkan
perkiraan lama waktu perlindungan sebagai
berikut
:
• Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun.
Dengan
3 dosis toxoid tetannus pada bayi, dihitung setara
dengan
2 dosis toxoid pad anak besar atau dewasa
• Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan
memperpanjang
imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur
6-7
tahun. Dengan 4 dosis toxoid tetanus pada bayi dan
anak
dihitung setara dengan 3 dosis pada dewasa
• Toxoid tetanus kelima (DPT 5) diberikan pada usia
sekolah,
akan
memperpanjang imunitas 10 tahun lagi sampai umur
17-18
tahun. Dengan 5 toxoid tetanus pada anak dihitung
setara
dengan 4 dosis toxoid dewasa
• Tetanus toxoid tambahan yang diberikan pada tahun
berikutnya
di sekolah (DT 6 atau DT) akan memperpanjang
imunitas
20 tahun lagi. Dengan 6 dosis toxoid tetanus pada
anak
dihitung setara dengan 5 dosis toxoid pada dewasa
• Jadi PPI merekomendasikan tetanus toxoid (DPT, DT,
TT)
5x
untuk memberikan perlindungan seumur hidup sehingga
wanita
usia subur (WUS) mendapat perlindungan terhadap
bayi
yang dilahirkan terhadap tetanus neonatorum.
Imunisasi
Spacing Masa perlindungan Tujuan
T1
Mengembangkan kekebalan tubuh pada infeksi
T2
4 pekan setelah T1 3 tahun Menyempurnakan kekebalan
T3
6 bulan setelah T2 5 tahun Menguatkan kekebalan
T4
1 tahun setelah T3 10 tahun Menguatkan kekebalan
T5
1 tahun setelah T4 25 tahun Mendapatkan kekebalan
penuh
Indikasi
kontra
• Riwayat anafilaksis
• Ensefalopati pasca DPT sebelumnya
KIPI
• Lokal : bengkak, kemerahan, nyeri pada tempat
suntikan
• Demam, gelisah, menangis terus menerus
• Reaksi anafilaktik, ensefalopati 1/50.000 dosis
VAKSIN
POLIO
Ada
2 macam jenis vaksin polio
• Vaksin virus polio oral (OPV)
• Vaksin polio inactivated (IPV)
Vaksin
virus polio oral (OPV)
• OPV berisi virus polio tipe 1, 2 dan 3 adalah
strain/suku
sabin
yang masih hidup tapi sudah dilemahkan (attenuated),
vaksin
ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera yang
distabilkan
dengan sukrosa
• Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir
dengan
dosis
2 tetes oral. Virus vaksin ini kemudian menempatkan
diri
di usus san memacu pembentukan antibodi baik dalam
darah
maupun pada epitelium usus, yang menghasilkan
pertahanan
lokal terhadap virus polio liar yang datang masuk
kemudian
• Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu
2-8ᴼC. OPV dapat disimpan beku pada temperatur 20ᴼC.
Vaksin
yang beku dapat cepat dicairkan dengan cara
ditempatkan
antara kedua telapak tangan dan digulir-
gulirkan,
dijaga agar warna tidak berubah yaitu merah muda
sampai
orange muda (sebagai indikator pH). Bila keadaan
tersebut
dapat terpenuhi, maka sisa vaksin yang telah
terpakai
dapat dibekukan lagi, kemudian dipakai lagi sampai
warna
berubah dengan catatan tanggal kadaluarsa harus
selalu
diperhatikan.
Vaksin
polio inactivated (IPV) atau vaksin polio injeksi
• IPV berisi tipe 1, 2 dan 3 dibiakan pada sel-sel fero
ginjal
kera
dan dibuat tidak aktif dengan formaldehid
• IPV harus disimpan pada suhu 2-8ᴼC dan tidak boleh
dibekukan
• Pemberian dengan dosis 0,5 ml, SC 3x berturut-turut
dengan
jarak masing-masing dosis 2 bulan
• Imunitas mukosa yang ditimbulkan IPV lebih rendah
dibandingkan
dengan yang ditimbulkan OPV
• OPV diberikan pada BBL sebagai dosis awal, sesuai
dengan
Pengembangan
Program Imunisasi (PPI) dan Program Eradiksi
Polio
(ERAPO) tahun 2000
• Kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur
2-3
bulan
yang diberikan 3 dosis terpisah berturut-turut dengan
interval
waktu 6-8 minggu
• Satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 ml) diberikan per
oral
pada
umur 2-3 bulan dapat diberikan bersama-sama
waktunya
dengan suntikan vaksin DPT dan hepatitis B
Imunisasi
penguat (booster)
• Dosis penguat OPV harus diberikan sebelum masuk
sekolah,
yaitu
bersamaan pada saat diberikan dosis DPT sebagai
penguat
• Dosis OPV berikutnya harus diberikan pada umur 15-19
tahun
atau sebelum meninggalkan sekolah
• Orang dewasa yang telah mendapatkan imunisasi
sebelumnya,
tidak diperlukan vaksinasi penguat, kecuali
mereka
yang dalam resiko khusus,
Imunisasi
untuk orang dewasa
• Untuk orang dewasa sebagai imunisasi primer (dasar)
dianjurkan
diberikan 3 dosis berturut-turut OPV 2 tetes
dengan
jarak 4-8 minggu
• Interval minimal antara 2 dosis vaksinasi dapat
diperpanjang
dan dapat menyelesaikan vaksinasinya tanpa
mengulang
lagi
• Demua orang dewasa seharusnya divaksinasi terhadap
poliomielinitis
dan tidak boleh ada yang tertinggal
KIPI
Setelah
vakisnasi, sebagian kecil resipien dapat mengalami
gejala
• Pusing-pusing
• Diare ringan
• Sakit pada otot
Kontrai
indikasi pemberian OPV
• Penyakit akut atau demam (suhu >38,5 C)
• Muntah atau diare
• Sedang dalam proses pengobatan kortikosteroid atau
imuno
supresif oral maupun suntikan, juga pengobatan radiasi
umum
• Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan
dengan
sistem retikuloendotelial seperti limfoma, leukimia,
dan
anak dengan mekanisme imunologik yang terganggu, misal
pada
hipo-gamaglobulinemia
• Menderita infeksi HIV/anggota keluarga sebagai kontak
VAKSIN
CAMPAK
Tahun
1963 dibuat dua jenis vaksin campak
• Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan
dilemahkan,
jangan terkena sinar matahari
• Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan
(virus
campak
yang berada dalam larutan formalin yang dicampur
dengan
garam alumunium)
• Tiap 0,5 ml mengandung 1000 u virus strain CAM 70,
100
mcg
kanamisin, 30 mg eritromisin
Dosis
dan cara pemberian
• Dosis minimal untuk vaksin yang dilemahkan adalah 0,5
ml
secara
subcutan atau intra muscular
• Jadwal pemberian campak pada bayi umur 9-11 bulan
• Imunisasi ulangan diberikan pada saat anak masuk
sekolah
usia
6-7 tahun dalam program BIAS
Reaksi
KIPI
• Demam >39,5 C, biasanya setelah hari ke 5-6 dan
berlangsung
selama 2 hari
• Ruam, timbul pada hari ke 7-10 dan berlangsung selama
2-4
hari
Kontra
indikasi
• Demam tinggi
• Sedang memperoleh pengobatan imunosupresi
• Hamil
• Mempunyai riwayat alergi
JADWAL
IMUNISASI ANJURAN (NON PPI)
• Vaksin Haemophilus Influenza B (Hib)
• Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR)
• Vaksin Demam Thypoid
• Vaksin Hepatitis A
• Vaksin Varicella
Vaksin
Haemophilus Influenza type B
• Yaitu Polisakarida H. Influenza tipe b dikonjugasikan
pada
toksoid
tetanus, trometamol, sukrosa dan NaCl
• Suspensi berkabut keputihan
• Kombinasi dengan DTaP/DTwP
• Lokasi penyuntikan umur <2 tahun di paha mid
anterolateral
dan usia > 2 tahun di deltoid
Vaksin
Mumps Morbili Rubela (MMR)
• Virus campak Schwarz hidup yang dilemahkan dalam
embrio
ayam
• Virus gondong Urabe dibiak dalam telur ayam
• Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia
• Penyuntikan dilakukan secara subcutan atau
intramuscular
• Direkomendasikan pada usia 12-18 bulan
• Serokonversi pada >95% kasus
• Kontraindikasi : imunodepresi, hamil, pasca
imunoglobulin,
transfusi
darah (tunda 6-12 minggu).
• Tetap diberikan pada anak yang pernah campak,
gondongan
ataupun rubella
• Tidak ada bukti sahih berkaitan dengan autisme
Vaksin
Demam Thypoid
• Komposisi terdiri dari polisakarida kapsul VI
Salmonella
typhi,
Fenol, Nacl, NaHPO3H
• Diberikan secara intramuscular, pada usia > 2
tahun
• Imunitas 2-3 minggu pasca vaksinasi
• Imunogenitas rendah pada umur < 2 tahun
• Perlindungan 3 tahun
• Tidak melindungi terhadap Salmonella paratyphi A dan
B
Vaksin
Hepatitis A
• Virus inaktif dalam formaldehid
• Indikasi : anak usia > 2 tahun, endemis, sering
transfusi
(hemofilia),
tinggal di panti asuhan
• Indikasi kontra : demam, infeksi akut, hipersensitif
terhadap
komponen vaksin
• Diberikan secara intramuscular
• Protektif pada 95-100%
Vaksin
Varisela
• Virus hidup dilemahkan, strain Oka
• Diberikan secara subcutan
• Kontra indikasi : demam, sakit akut
• Jangan diberikan bersama vaksin hidup lain
• Jangan hamil dalam 2 bulan
• Tidak efektif bila transfusi gamma globulin
• Diberikan pada anak usia 1-13 tahun
• Rekomendasi IDAI muali usia 5 tahun
• Serokonversi : 94% (2 minggu setelah vaksinasi), 100%
(6
minggu setelah vaksinasi)
• Aman, efektif dan ekonomis
Vaksin
Influenza-1
• Virus tidak aktif dalam prefilled syringe (PFS)
• Bahan lain : telur, neomisin, formaldehid
• Penyimpanan pada suhu 2-8ᴼC , jangan terkena sinar
matahari
maupun beku
• Tiap tahun starin dapat berbeda berdasarkan
rekomendasi
WHO
: selatan dan utara
• Strain 2004 untuk daerah selatan
o
H1N1 (new Caledonia/20/99)
o
H3N2 (Fujian/411/2002)
o
Hongkong/330/2001
o
Penyuntikan dilakukan secara intramuscular atau subcutan
6-35
bulan dosis 0,25 ml, >36 bulan dosis 0,5 ml, <8
tahun
perlu booster 4 minggu kemudian
• Vaksinasi diulang tiap tahun
Vaksin
kombinasi (tetract-Hib dan Infantrix-Hib)
• Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib
• Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib
DPwT/DpaT
dalam vial, Hib dalam PFS (prefilled syringe)
• Sebelum disuntikan, dicampur dengan menyedot DPwT/
DpaT
ke dalam PFS Hib
• Kontra indikasi
Sama
dengan komponen masing-masing vaksin
Vaksin
Pneumokokkus (Prevenar)
• Terdiri dari 7 sakarida yang berbeda (serotipe 4, 6B,
9V,
14,
18C, 19F, 23F)
• Konjugasi dengan 20 ug dari masing-masing 6 serotipe
• Bebas pengawet dan bebas thimerosal
• Dosis 0,5 ml diberikan secara intramuscular
• Manfaat : mengurangi resiko invasive pneumococcal
disease
(IPD), radang paru (pneumonia), radang telinga tengah
dan
pengobatannya, pembawa kuman (nashoparyngeal
carriage),
Occult becteremia, dan mungkin efektif pada anak
yang
tak responsif dengan vaksin pneumokokkus polisakarida
(PPV).
No comments:
Post a Comment