Sunday 10 June 2012

PENGERTIAN IMUNISASI DAN CARA PEMBERIAN



Pengertian
Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit
Suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu

Tujuan
Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan mneghilangkan penyakit tertentu dari dunia
Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian
Melindungi seseorang terhadap penyakit tertentu (intermediate goal) Respon imun
Respon imun primer ialah respon imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan antigen
Respon imun sekunder ialah respon imun yang diharapkan akan memberi respon adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa. Diberikannya vaksinasi berulang beberapa kali adalah agar mendapat titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai nilai protektif.

Jenis kekebalan
Dilihat dari cara timbulnya
Kekebalan pasif Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh , bukan dibuat dari individu itu sendiri. Kekebalan pasif alamiah, kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu dan tidak berlangsung lama(difteri,morbili, tetanus) Kekebalan pasif buatan, kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan zat penolak (imunoglobulin).
Kekebalan aktif Kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya prosesnya lambat tapi dapat berlangsung lama, akibat adanya memori imunologik. Kekebalan aktif terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

Kekebalan aktif alamiah, kekebalan yang diperoleh setelah mengalami atau sembuh dari suatu penyakit. Contoh : anak yang pernah menderita campak maka tidak akan terserang campak lagi
Kekebalan aktif buatan, kekebalan yang dibuat oleh tubuh setelah mendapat vaksin atau imunisasi. Contoh : BCG, DPT, polio dll.

Status imun penjamu
Antibodi maternal spesifik terhadap virus campak pada fetus
ASI (IgA sekretori) terhadap virus polio
Maturitas imunologik, pada neonatus fungsi makrofag dan pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang
Yang sedang mendapat imunosupresan
Gizi buruk, dapat menurunkan fungsi sel sistem imun sehingga imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik dan respon terhadap vaksin berkurang

Faktor genetik penjamu
Interaksi antara sel-sel sistem imun, secara genetik respon imun manusia dibagi atas responden baik, cukup dan rendah terhadap antigen tertentu, sehingga ditemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%. Kualitas dan kuantitas vaksin Vaksin adalah mikroorganisme yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenesitas
Faktor kualitas dan kuantitas yang dapat menentukan kkeberhasilan vaksinasi
Cara pemberian
Dosis
Frekuensi dan jarak pemberian
Jenis vaksin

Jenis vaksin
Live Attenuated yaitu bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
Virus : campak, gondongan, rubella, Polio sabin, demam kuning
Bakteri : kuman TBC (BCG) dan demam tifoid oral
Inactivated yaitu bakteri atau virus atau komponennya yang
dibuat tidak aktif atau dimatikan
Virus : influenza, Polio salk, rabies, hepatitis A
Bakteri : pertusis (DPT), typoid, kolera
Racun kuman seperti toksoid : dipteri toksoid (DPT), tetanus(TT)
Polisakarida murni : pneumokokkus, meningokokus dan haemophylus influenza
Vaksin yang dibuat dari protein : hepatitis B

Rantai vaksin
Adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang telah ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin sampai pada saat pemberinanya pada sasaran

Sifat vaksin

Vaksin yang sensitif terhadap beku
Yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar dengan suhu dingin atau suhu pembekuan. Contoh : hepatitis B, DPT- HB, DPT, DT, dan TT
Vaksin Pada suhu Dapat bertahan selama Hep B, DPT-HB -0,5 C Max ½ jam DPT, DT, TT -0,5C sd -10C Mak 1,5-2 jam DPT, DPT-HB, DT Beberapa C diatas suhu udara luar (ambient temperatur <34C) 14 hari Hep B dan TT Beberapa C diatas suhu udara luar (ambient temperatur <34C) 30 hari

Vaksin yang sensitif terhadap panas
Yaitu golongan yang akan rusak bila terpapar dengan suhu panas yang berlebihan. Contoh : polio, BCG dan campak
Vaksin Pada suhu Dapat bertahan selama Polio Beberapa C diatas suhu udara luar (ambient temperatur <34C) 14 hari Campak dan BCG Beberapa C diatas suhu udara luar (ambient temperatur <34C) 30 hari Penanganan vaksin sisa
Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan di posyandu tidak boleh dipergunakan lagi
Sedang pelayanan imunisasi statis (di puskesmas, poliklinik), sisa vaksin dapat dipergunakan lagi dengan ketentuan sebagai berikut :
o Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa
o Tetap disimpan dalam suhu +2C sd 8C
o Kemasan vaksin tidak pernah tercampur/terendam dengan air
o VVM tidak menunjukan indikasi paparan panas yang merusak
o Pada label agar ditulis tanggal pada saat vial pertama kali dipakai/dibuka
o Vaksin DPT, DT, TT, hepatitis B dan DPT-HB dapat digunakan kembali hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka
o Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial dibuka
o Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan. Sedangkan vaksin BCG hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan

Tata cara pemberian imunisasi
Memberitahukan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko apabila tidak divaksinasi
Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan
Baca tentang teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan, jangan lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan
Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi
Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan diberikan
Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan
Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik
Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda- tanda perubahan, periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal- hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukan adanya kerusakan
Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk imunisasi tertinggal bila diperlukan
Berikan vaksin dengan teknik yang benar yaitu mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan dan posisi penerima vaksin

Setelah pemberian vaksin
Berilah petunjuk kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat
Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis
Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan bila diperlukan
Dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pengaturan secara rinci bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti diatas dan berpegang pada prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan yang valid dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan
Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan
pelarut khusus dan digunakan dalam periode tertentu
Pemberian vaksin pada bayi
Vaksin BCG BCG, DPT-Hep B, Hep B
Tempat suntikan Lengan kanan atas luar Paha tengah luar
Cara penyuntikan Intracutan Intramuscular/subcutan dalam
Dosis 0,05 cc 0,5 ml
Ukuran jarum 10 mm, ukuran 26 25 mm, ukuran 23
jenis Bubuk+pelarut Siap pakai
Vaksin Campak Polio
Tempat suntikan Lengan kiri atas Mulut
Cara penyuntikan Subcutan Diteteskan di mulut
Dosis 0,5 ml 2 tetes
Ukuran jarum 25 mm, ukuran 23
Jenis Siap pakai Botol dengan alat tetes mulut
Teknik dasar dan petunjuk keamanan pemberian vaksin
Bagian tengah tutup botol metal dibuka sehingga kelihatan
karet (tutup karet di desinfeksi)
Tiap suntikan harus digunakan semprit dan jarum baru
sekali pakai dan steril
Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin yang multidosis
Kulit yang akan disuntik dibersihkan
Semprit dan jarum harus dibuang dalam tempat tertutup
dan diberi label tidak mudah robek dan bocor
Tempat pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan
dari jangkauan anak-anak
JADWAL IMUNISASI WAJIB (PPI)
VAKSIN PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI (PPI)
Vaksin BCG
Vaksin Hepatitis B
Vaksin Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT)
Vaksin Polio
Vaksin Campak
VAKSIN BCG (Bacille Calmette Guerin)
BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dari mycobacterium
bovis yang dibiakkan secara berulang selama 13 tahun (basil
tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas)
Indikasi yaitu untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
penyakit tuberculosis (TBC) dimana vaksin BCG tidak
mencegah infeksi TBC tetapi mengurangi resiko TBC berat
seperti meningitis, TBC tulang
Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan
Cara pemberian dan dosis vaksin
Yaitu vaksin dilarutkan dulu dengan 4 cc pelarut, vaksin yang
dilarutkan harus dibuang dalam 3 jam, dosis pada bayi < 1
tahun 0,05 ml sedangkan pada anak > 1 tahun 0,10 ml.
Vaksin ini disuntikan secara intracutan pada daerah lengan
kanan atas (insertio musculus deltoideus)
Penyimpanan vaksin
Vaksin disimpan pada suhu 2-8C, tidak boleh beku dan
tidak boleh terkena sinar matahari
Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum
lewat dari 3 jam
Jadwal pemberian
Diberikan pada bayi 0-12 bulan tapi sebaiknya diberikan
pada umur 2 bulan
Apabila diberikan >3 bulan harus terlebih dahulu dilakukan uji
tuberkulin (mantoux)
Vaksinasi ulang, yaitu 5-7 tahun dan 12-15 tahun (jika uji
tuberkulin negatif)
Khasiat BCG selama 3 tahun dan lama kekebalan selama 9
tahun
Efek samping
Tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum
Pada tempat penyuntikan terjadi ulkus lokal yang timbul
2-3 minggu setelah penyuntikan dan meninggalkan luka parut
dengan diameter 4-8 mm
Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di
axila (ketiak) atau leher. Tergantung pada umur dan dosis
yang dipakai, biasanya akan sembuh sendiri
Indikasi kontra
Reaksi uji tuberkulin > 5 mm
Sedang menderita HIV atau resiko tinggi infeksi HIV,
imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid (leukimia),
mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang
mengenai sumsum tulang atau sistem limfe
Anak menderita gizi buruk
Menderita demam tinggi
Menderita infeksi kulit yang luas
Pernah/masih menderita TBC
Kehamilan
Proteksi
Mulai 8-12 minggu pasca vaksinasi
Daya lindung hanya 42% (WHO 50-78%)
Mencegah TB berat 60-80%
VAKSIN HEPATITIS B
Untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis
B
Rekombinan DNA sel ragi tidak infeksius
Pencegahan dapat diberikan dengan imunisasi pasif
ataupun imunisasi aktif
Imunisasi pasif
Dilakukan dengan pemberian imunoglobulin
IG/ISG (Immune Serum Globulin)
HBIG (Hepatitis B Immune Globulin)
Diberikan baik sebelum terjadinya paparan (preexposure)
maupun setelah terjadinya paparan (postexposure)
Indikasi utama pemberian imunisasi pasif
o Paparan dengan darah yang mengandung HbsAg, baik melalui
kulit maupun mukosa
o Paparan seksual dengan pengidap HbsAg (+)
o Paparan perinatal ibu dengan HbsAg (+)
Pemberian vaksin
Pada kecelakaan jarum suntik
Dosis : 0,06 ml/kg maks 5 ml harus diberikan dalam waktu
24 jam, diulangi 1 bulan kemudian
Paparan seksual
Dosis tunggal 0,06 ml/kg, dosis maks 5 ml harus diberikan
dalam jangka waktu 2 minggu
Paparan perinatal
Dosis : 0,5 ml harus diberikan sebelum 48 jam
Imunisasi aktif
Dilakukan dengan pemberian partikel HbsAg yang tidak
infeksius
Ada 3 jenis vaksin hepatitis B
Vaksin yang berasal dari plasma
Vaksin yang dibuat dengan teknik rekayasa genetika
Vaksin polipeptida
Vaksin yang beredar di Indonesia
Hevac-B (dosis ; dewasa 5 ug, anak 2,5 ug, pada ibu
HbsAg (+) dosis 2x lipat)
Hepaccine (dosis : dewasa 2 ug, anak 1,5 ug)
B-Hepavac II (dosis ; dewasa 10 ug, anak 5 ug)
Hepa-B (dosis : dewasa 20 ug)
Engerix-B (dosis : anak 10 ug)
Penyuntikan dilakukan secara intramuscular, didaerah
deltoid atau paha anterior (jangan dilakukan didaerah bokong)
Efek samping yang terjadi umumnya ringan, seperti nyeri,
bengkak, panas, mual, nyeri sendi maupun otot
Jadwal pemberian
Imunisasi Hb diberikan sedini mungkin setelah lahir
Pemberian imunisasi Hb harus berdasarkan status HbsAg ibu
pada saat melahirkan
Bayi lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya
Vaksin rekombinan (Hb Vax-II 5 ug at Engerix-B10ug) atau
vaksin plasma derived 10 ug (dalam waktu 12 jam), dosis
kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan
Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (+)
Diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan secara
bersamaan di sisi tubuh yang berbeda dalam waktu 12 jam,
dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6
bulan
Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (-)
Diberikan vaksin rekombinan atau vaksin plasma derived pada
umur 2-6 bulan, dosis kedua pada 1-2 bulan kemudian, dosis
ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi kesatu
Idealnya dilakukan Px anti HbsAg (paling cepat 1 bulan)
Imunisasi ulang Hb (pada umur 10-12 tahun)
Kejadian ikutan pasca imunisasi
Reaksi lokal kemerahan, nyeri, bengkak, demam ringan 2 hari
Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri kepala, nyeri otot,
nyeri sendi
Indikasi kontra
Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontra indikasi
absolut terhadap pemberian imunisasi hb terkecuali pada ibu
hamil, laergi pada komponen vaksin, demam tinggi.
VAKSIN DPT
Tujuan pemberian vaksin ini adalah untuk memberikan
kekebalan aktif yang bersamaan terhadap penyakit Difteri,
Pertusis dan Tetanus
Difteri dan tetanus : toksoid yang dimurnikan
Pertusis : bakteri mati, terabsorbsi dalam alumunium fosfat
Tiap 1 ml terdiri dari 40Lf toksoid difteria, 24 OU pertusis,
15 Lf toksoid tetanus, alumunium fosfat 3 mg, thimerosal
0,1 mg
Toksoid Difteria
Untuk imunisasi primer terhadap difteri digunakan toksoid
difteri (alum precipitated formol toxoid) yang digabung
dengan tetanus toxoid dan vaksin pertusis
Imunisasi rutin pada anak, diberikan dengan 5 dosis yaitu
pada usia 2, 4, 6 bulan yang diberikan bersamaan dengan
polio. Dosis ulangan pada 15-18 bulan dan saat masuk
sekolah harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah
dosis ketiga
Kombinasi toxoid difteri dan tetanus (DT)
Vaksin pertusis
Untuk imunisasi yang dipakai adalah vaksin pertusis whole-
cell (alum precipitated vaccine) yaitu vaksin yang merupakan
suspensi kuman B pertusis mati
Umumnya diberikan kombinasi bersama toxoid difteri dan
tetanus
Toksoid tetanus
Vaksin tetanus dikenal 2 macam vaksin yaitu :
Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif adalah toxoid
tetanus yang telah dilemahkan
Kemasan tunggal (TT)
Kemasan dengan vaksin difteri (DT)
Kemasan dengan vaksin difteri dan pertusis (DPT)
Kuman yang telah dimatikan yang digunakan untuk imunisasi
pasif (ATS)
Jadwal pemberian
Upaya depkes dan kesos melaksanakan program eliminasi
tetanus neonatorum (ETN) DPT I, DT atau TT dilaksanakan
berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan sebagai
berikut :
Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun.
Dengan 3 dosis toxoid tetannus pada bayi, dihitung setara
dengan 2 dosis toxoid pad anak besar atau dewasa
Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan
memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur
6-7 tahun. Dengan 4 dosis toxoid tetanus pada bayi dan
anak dihitung setara dengan 3 dosis pada dewasa
Toxoid tetanus kelima (DPT 5) diberikan pada usia sekolah,
akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi sampai umur
17-18 tahun. Dengan 5 toxoid tetanus pada anak dihitung
setara dengan 4 dosis toxoid dewasa
Tetanus toxoid tambahan yang diberikan pada tahun
berikutnya di sekolah (DT 6 atau DT) akan memperpanjang
imunitas 20 tahun lagi. Dengan 6 dosis toxoid tetanus pada
anak dihitung setara dengan 5 dosis toxoid pada dewasa
Jadi PPI merekomendasikan tetanus toxoid (DPT, DT, TT)
5x untuk memberikan perlindungan seumur hidup sehingga
wanita usia subur (WUS) mendapat perlindungan terhadap
bayi yang dilahirkan terhadap tetanus neonatorum.
Imunisasi Spacing Masa perlindungan Tujuan
T1 Mengembangkan kekebalan tubuh pada infeksi
T2 4 pekan setelah T1 3 tahun Menyempurnakan kekebalan
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun Menguatkan kekebalan
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun Menguatkan kekebalan
T5 1 tahun setelah T4 25 tahun Mendapatkan kekebalan
penuh
Indikasi kontra
Riwayat anafilaksis
Ensefalopati pasca DPT sebelumnya
KIPI
Lokal : bengkak, kemerahan, nyeri pada tempat suntikan
Demam, gelisah, menangis terus menerus
Reaksi anafilaktik, ensefalopati 1/50.000 dosis
VAKSIN POLIO
Ada 2 macam jenis vaksin polio
Vaksin virus polio oral (OPV)
Vaksin polio inactivated (IPV)
Vaksin virus polio oral (OPV)
OPV berisi virus polio tipe 1, 2 dan 3 adalah strain/suku
sabin yang masih hidup tapi sudah dilemahkan (attenuated),
vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera yang
distabilkan dengan sukrosa
Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan
dosis 2 tetes oral. Virus vaksin ini kemudian menempatkan
diri di usus san memacu pembentukan antibodi baik dalam
darah maupun pada epitelium usus, yang menghasilkan
pertahanan lokal terhadap virus polio liar yang datang masuk
kemudian
Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu
2-8C. OPV dapat disimpan beku pada temperatur 20C.
Vaksin yang beku dapat cepat dicairkan dengan cara
ditempatkan antara kedua telapak tangan dan digulir-
gulirkan, dijaga agar warna tidak berubah yaitu merah muda
sampai orange muda (sebagai indikator pH). Bila keadaan
tersebut dapat terpenuhi, maka sisa vaksin yang telah
terpakai dapat dibekukan lagi, kemudian dipakai lagi sampai
warna berubah dengan catatan tanggal kadaluarsa harus
selalu diperhatikan.
Vaksin polio inactivated (IPV) atau vaksin polio injeksi
IPV berisi tipe 1, 2 dan 3 dibiakan pada sel-sel fero ginjal
kera dan dibuat tidak aktif dengan formaldehid
IPV harus disimpan pada suhu 2-8C dan tidak boleh
dibekukan
Pemberian dengan dosis 0,5 ml, SC 3x berturut-turut
dengan jarak masing-masing dosis 2 bulan
Imunitas mukosa yang ditimbulkan IPV lebih rendah
dibandingkan dengan yang ditimbulkan OPV
OPV diberikan pada BBL sebagai dosis awal, sesuai dengan
Pengembangan Program Imunisasi (PPI) dan Program Eradiksi
Polio (ERAPO) tahun 2000
Kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3
bulan yang diberikan 3 dosis terpisah berturut-turut dengan
interval waktu 6-8 minggu
Satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 ml) diberikan per oral
pada umur 2-3 bulan dapat diberikan bersama-sama
waktunya dengan suntikan vaksin DPT dan hepatitis B
Imunisasi penguat (booster)
Dosis penguat OPV harus diberikan sebelum masuk sekolah,
yaitu bersamaan pada saat diberikan dosis DPT sebagai
penguat
Dosis OPV berikutnya harus diberikan pada umur 15-19
tahun atau sebelum meninggalkan sekolah
Orang dewasa yang telah mendapatkan imunisasi
sebelumnya, tidak diperlukan vaksinasi penguat, kecuali
mereka yang dalam resiko khusus,
Imunisasi untuk orang dewasa
Untuk orang dewasa sebagai imunisasi primer (dasar)
dianjurkan diberikan 3 dosis berturut-turut OPV 2 tetes
dengan jarak 4-8 minggu
Interval minimal antara 2 dosis vaksinasi dapat
diperpanjang dan dapat menyelesaikan vaksinasinya tanpa
mengulang lagi
Demua orang dewasa seharusnya divaksinasi terhadap
poliomielinitis dan tidak boleh ada yang tertinggal
KIPI
Setelah vakisnasi, sebagian kecil resipien dapat mengalami
gejala
Pusing-pusing
Diare ringan
Sakit pada otot
Kontrai indikasi pemberian OPV
Penyakit akut atau demam (suhu >38,5 C)
Muntah atau diare
Sedang dalam proses pengobatan kortikosteroid atau
imuno supresif oral maupun suntikan, juga pengobatan radiasi
umum
Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan
dengan sistem retikuloendotelial seperti limfoma, leukimia,
dan anak dengan mekanisme imunologik yang terganggu, misal
pada hipo-gamaglobulinemia
Menderita infeksi HIV/anggota keluarga sebagai kontak
VAKSIN CAMPAK
Tahun 1963 dibuat dua jenis vaksin campak
Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan
dilemahkan, jangan terkena sinar matahari
Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus
campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur
dengan garam alumunium)
Tiap 0,5 ml mengandung 1000 u virus strain CAM 70, 100
mcg kanamisin, 30 mg eritromisin
Dosis dan cara pemberian
Dosis minimal untuk vaksin yang dilemahkan adalah 0,5 ml
secara subcutan atau intra muscular
Jadwal pemberian campak pada bayi umur 9-11 bulan
Imunisasi ulangan diberikan pada saat anak masuk sekolah
usia 6-7 tahun dalam program BIAS
Reaksi KIPI
Demam >39,5 C, biasanya setelah hari ke 5-6 dan
berlangsung selama 2 hari
Ruam, timbul pada hari ke 7-10 dan berlangsung selama
2-4 hari
Kontra indikasi
Demam tinggi
Sedang memperoleh pengobatan imunosupresi
Hamil
Mempunyai riwayat alergi
JADWAL IMUNISASI ANJURAN (NON PPI)
Vaksin Haemophilus Influenza B (Hib)
Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR)
Vaksin Demam Thypoid
Vaksin Hepatitis A
Vaksin Varicella
Vaksin Haemophilus Influenza type B
Yaitu Polisakarida H. Influenza tipe b dikonjugasikan pada
toksoid tetanus, trometamol, sukrosa dan NaCl
Suspensi berkabut keputihan
Kombinasi dengan DTaP/DTwP
Lokasi penyuntikan umur <2 tahun di paha mid
anterolateral dan usia > 2 tahun di deltoid
Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR)
Virus campak Schwarz hidup yang dilemahkan dalam
embrio ayam
Virus gondong Urabe dibiak dalam telur ayam
Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia
Penyuntikan dilakukan secara subcutan atau intramuscular
Direkomendasikan pada usia 12-18 bulan
Serokonversi pada >95% kasus
Kontraindikasi : imunodepresi, hamil, pasca imunoglobulin,
transfusi darah (tunda 6-12 minggu).
Tetap diberikan pada anak yang pernah campak,
gondongan ataupun rubella
Tidak ada bukti sahih berkaitan dengan autisme
Vaksin Demam Thypoid
Komposisi terdiri dari polisakarida kapsul VI Salmonella
typhi, Fenol, Nacl, NaHPO3H
Diberikan secara intramuscular, pada usia > 2 tahun
Imunitas 2-3 minggu pasca vaksinasi
Imunogenitas rendah pada umur < 2 tahun
Perlindungan 3 tahun
Tidak melindungi terhadap Salmonella paratyphi A dan B
Vaksin Hepatitis A
Virus inaktif dalam formaldehid
Indikasi : anak usia > 2 tahun, endemis, sering transfusi
(hemofilia), tinggal di panti asuhan
Indikasi kontra : demam, infeksi akut, hipersensitif
terhadap komponen vaksin
Diberikan secara intramuscular
Protektif pada 95-100%
Vaksin Varisela
Virus hidup dilemahkan, strain Oka
Diberikan secara subcutan
Kontra indikasi : demam, sakit akut
Jangan diberikan bersama vaksin hidup lain
Jangan hamil dalam 2 bulan
Tidak efektif bila transfusi gamma globulin
Diberikan pada anak usia 1-13 tahun
Rekomendasi IDAI muali usia 5 tahun
Serokonversi : 94% (2 minggu setelah vaksinasi), 100%
(6 minggu setelah vaksinasi)
Aman, efektif dan ekonomis
Vaksin Influenza-1
Virus tidak aktif dalam prefilled syringe (PFS)
Bahan lain : telur, neomisin, formaldehid
Penyimpanan pada suhu 2-8C , jangan terkena sinar
matahari maupun beku
Tiap tahun starin dapat berbeda berdasarkan rekomendasi
WHO : selatan dan utara
Strain 2004 untuk daerah selatan
o H1N1 (new Caledonia/20/99)
o H3N2 (Fujian/411/2002)
o Hongkong/330/2001
o Penyuntikan dilakukan secara intramuscular atau subcutan
6-35 bulan dosis 0,25 ml, >36 bulan dosis 0,5 ml, <8
tahun perlu booster 4 minggu kemudian
Vaksinasi diulang tiap tahun
Vaksin kombinasi (tetract-Hib dan Infantrix-Hib)
Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib
Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib
DPwT/DpaT dalam vial, Hib dalam PFS (prefilled syringe)
Sebelum disuntikan, dicampur dengan menyedot DPwT/
DpaT ke dalam PFS Hib
Kontra indikasi
Sama dengan komponen masing-masing vaksin
Vaksin Pneumokokkus (Prevenar)
Terdiri dari 7 sakarida yang berbeda (serotipe 4, 6B, 9V,
14, 18C, 19F, 23F)
Konjugasi dengan 20 ug dari masing-masing 6 serotipe
Bebas pengawet dan bebas thimerosal
Dosis 0,5 ml diberikan secara intramuscular
Manfaat : mengurangi resiko invasive pneumococcal
disease (IPD), radang paru (pneumonia), radang telinga tengah
dan pengobatannya, pembawa kuman (nashoparyngeal
carriage), Occult becteremia, dan mungkin efektif pada anak
yang tak responsif dengan vaksin pneumokokkus polisakarida
(PPV).

No comments:

Post a Comment